Ganting Damai, – Sekitar 2 Minggu yang lalu, sehabis saya membawa anak-anakku mandi di Sungai hijau (salah satu sungai yang menjadi sumber pendapatan ekonomi masyarakat Desa Salo Kecamatan Salo), saya ditelpon sahabat karibku yang merupakan sahabat baikku sewaktu kami menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darussalam Saran-Kabun Kabupaten Rokan Hulu.
H. Ahmad Taridi, S.Hi merupakan sahabat karib kami yang selalu tampil bersahaja walaupun saat ini beliau menjabat seabagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kampar yang diberikan hak menggunakan mobil dinas dengan nomor polisi plat merah BM 3 F.
Melalui sambungan selulernya, Ahmad Taridi meminta bantu kepada saya untuk melihat kondisi rumah nenek Nur Baiti (70) yang berada di Desa Ganting Damai Kecamatan Salo yang merupakan desa tetangga tempatku berdomisili. Kepada saya Ahmad Taridi mengaku mendapatkan informasi dari seorang wartawan dan dari beberapa pemberitaan di media online.
Dari informasi awal yang diterima nya, Ahmad Taridi mengaku mendapatkan informasi bahwa kondisi atap rumah nenek Nurbaiti sudah bocor. Kepada saya Ahmad Taridi mengaku prihatin dengan kondisi rumah nenek Nurbaiti sebagaimana isi dalam pemberitaan tersebut.
Kepada saya Taridi juga mengaku, jika hanya atap rumah yang dibutuhkan oleh nenek Nurbaiti tersebut, maka dirinya bersama kawan-kawan anggota Fraksi Gerindra DPRD Kampar akan segera merehab atap rumah nenek Nurbaiti tersebut.
Ahmad Taridi juga meminta saya untuk menghitung berapa banyak atap yang dibutuhkan dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk memasang atap memperbaiki rumah nenek Nurbaiti tersebut.
Mendengar niat mulia panggilan hati nurani Ahmad Taridi tersebut, saya langsung menghubungi Kepala Desa Ganting Damai, Hermunis menyampaikan niat saya yang ingin langsung melakukan survei terhadap rumah nenek Nurbaiti. Kepada saya Kepala Desa Ganting Damai, Hermunis langsung menyambut positif. Dan bang Hermunis mengatakan dengan senang hati siap mendampingi saya untuk meninjau rumah nenek Nurbaiti tersebut. Bahkan Kades Hermunis membatalkan agendanya pada sore itu demi menunggu kehadiran saya untuk meninjau rumah nenek Nurbaiti.
Sesampai kami di rumah nenek Nurbaiti, kepala Desa Hermunis yang didampingi oleh RT nya mengatakan, bahwa kondisi rumah nenek Nurbaiti tersebut memang sudah sangat memprihatinkan. Pihak pemerintahan desa juga dikatakannya sudah berupaya untuk memperjuangkan nasib nenek Nurbaiti tersebut. Kepada saya Hermunis juga menyampaikan bahwa pemerintah sudah pernah membangun rumah nenek Nurbaiti tersebut pada puluhan tahun yang lalu. Tetapi pembangunan itu sudah sangat lama yang mengakibatkan kayu-kayu rumah sudah kelihatan rapuh dan atap rumah sudah banyak yang bocor.
Karena pada waktu itu, nenek Nurbaiti tidak ada di rumah, kami hanya bisa melihat kondisi rumah nenek Nurbaiti dari luar saja.
Di lihat dari luar, kondisi rumah nenek Nurbaiti terlihat sudah tidak layak di huni lagi. Selain atap rumah yang bocor, banyak tiang-tiang rumah nenek Nurbaiti itu sudah rapuh. Fungsi tiang yang seharusnya untuk menopang beban, menahan tekanan tanah, dan menjaga stabilitas struktur rumah sudah tidak berfungsi lagi pada rumah nenek Nurbaiti. Tiang rumah nenek Nurbaiti berfungsi terbalik menjadi sebuah beban yang mengkwuatirkan akan robohnya dinding secara satu persatu satu. Jika dinding kayu rumah nenek itu ditanggalkan, maka tiangnya akan runtuh dengan sendirinya.
Selain persoalan atap, tiang dan dinding yang memprihatinkan, kondisi lantai juga sangat menyedihkan. Diperparah tidak adanya MCK di rumah nenek Nurbaiti tersebut. Sumber air nenek Nurbaiti adalah sumur tua yang ada di samping rumah tuanya tersebut.
Setelah melihat kondisi rumah nenek Nurbaiti, saya pun menyampaikan informasinya ke sahabatku Ahmad Taridi di sela kegiatan beliau menghadiri Safari Ramadhan Kapolda Riau di rumah dinas bupati Kampar waktu itu. Kepada saya Ahmad Taridi mengatakan, kalau seperti itu kondisi rumah nenek Nurbaiti, berarti harus kita bangun baru. “Nantilah kita lihat ke sana bersama – sama,” ungkap Taridi.
Kemaren, seusai memimpin rapat menyerap aspirasi para guru honorer yang tidak bisa terakomodir sebagai PPPK, saya diajak oleh Ahmad Taridi mendampinginya menjenguk nenek Nurbaiti di Desa Ganting Damai. Kunjungan dan silaturrahmi kami di rumah nenek Nur aiti juga didampingi oleh Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kabupaten Kampar.
Saat berada di rumah nenek Nurbaiti, Ahmad Taridi langsung melihat segala sudut rumah nenek Nurbaiti. Sewaktu bercengkerama dengan nenek Nurbaiti, Ahmad Taridi terlihat menatap wajah nenek Nurbaiti dengan penuh prihatin. Taridi terlihat berupaya menghibur hati nenek Nurbaiti.
Kepada saya Taridi berbisik, rumah nenek Nurbaiti sangat layak untuk dibangun. Pemerintah harus hadir membantu dan mencarikan solusi meringankan beban nenek Nurbaiti.
Mendengar ucapan Taridi, saya menyampaikan kepada dirinya, nama Nenek Nurbaiti jika kita artikan adalah Cahaya Rumah. Namun pada kenyataannya, rumah tua tersebut sudah tidak lagi mampu mengeluarkan cahaya. Cahaya rumah yang seharusnya memberikan keceriaan dan kebahagiaan bagi penghuninya, kini menjadi kondisi yang memprihatinkan dan menyedihkan jika hujan turun.
Karena jika hujan turun, nenek Nurbaiti harus sigap memindahkan kasur dan barang-barangnya yang tidak anti air.
Sayapun menyampaikan, kondisi rumah nenek Nurbaiti yang tidak ada MCK dan jauh dari aliran sungai juga mesti menjadi perhatian dan pertimbangan bagi kita, jika malam tiba dan sewaktu-waktu nenek Nurbaiti kebelet BAB, apa kira -kira yang akan dilakukan oleh nenek Nurbaiti???…
Seusai menyerahkan bantuan Sembako kepada nenek Nurbaiti sebagai ungkapan rasa prihatin Fraksi Gerindra Kabupaten Kampar, kamipun meninggalkan rumah nenek Nurbaiti dengan rasa sedih dan penuh harapan agar rumah nenek Nurbaiti tersebut segera dibangun secara permanen. Bagunan rumah nenek Nurbaiti mesti dilengkapi dengan MCK dan sumber air yang menjadi kebutuhan sehari-hari.(Adi Jondri)
