Kampar

Kenali Penyakit Cacing Hati Pada Hewan, Ini Kata Disbunnakkeswan Kampar

5
×

Kenali Penyakit Cacing Hati Pada Hewan, Ini Kata Disbunnakkeswan Kampar

Sebarkan artikel ini

BANGKINANGKOTA – Penyakit cacing hati (fasciolosis) pada hewan ternak, seperti sapi dan kambing, disebabkan oleh cacing pipih Fasciola sp yang hidup di dalam hati dan saluran empedu serta memakan jaringan hati dan darah.

Penyakit ini rentan terjadi pada sapi, kerbau, kambing dan ruminansia lain dan ternak berumur muda lebih rentan daripada ternak dewasa.

Oleh sebab itu, Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan (Disbunnakkeswan) Kabupaten Kampar menjelaskan bahwa penyakit cacing hati seringkali dianggap remeh oleh peternak karena resiko kematian yang ditimbulkan relatif kecil.

“Akan tetapi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit kecacingan cukup besar, antara lain penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja,” kata Kadisbunnakkeswan Kampar Marahalim melalui Plt kabid Kesehatan Hewan Azto kepada wartawan, senin (13/10/2025).

Lebih lanjut disampaikannya bahwa penyakit ini juga menjadikan penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia serta kematian ternak pada infestasi yang parah.

Hal tersebut dapat diatasi melalui diagnosis, pengobatan, dan pencegahan.

Adapun gejalanya meliputi kurus, diare, anemia, hingga busung di antara rahang bawah. Penanganan oleh Disbunnak mencakup pemberian obat cacing yang tepat, pengendalian populasi siput (inang perantara), serta perbaikan manajemen peternakan. 

Kata Azto, sapi penderita akan mengalami gangguan pencernaan berupa konstipasi atau sulit defekasi dengan tinja yang kering.

Pada keadaan infeksi yang berat sering kali terjadi mencret, ternak terhambat pertumbuhannya dan terjadi penurunan produktivitas.

Sedangkan pada Domba dan kambing, infeksi bersifat akut, menyebabkan kematian mendadak dengan darah keluar dari hidung dan anus seperti pada penyakit anthrax.

Pada infeksi yang bersifat kronis, gejala yang terlihat antara lain  ternak malas,tidak gesit, napsu makan menurun, selaput lendir pucat, terjadi busung (edema) di antara rahang bawah yang disebut “bottle jaw”, bulu kering dan rontok, perut membesar dan terasa sakit serta ternak kurus dan lemah.

Jika terjadi hal itu, Azto mengatakan agar peternak segera melakukan tindakan pencegahan dengan cara memberantas vektor penyakit yaitu memberantas siput secara biologik.

“Ternak jangan digembalakan di dekat selokan (genangan air), rumput jangan diambil dari daerah sekitar selokan,” tutupnya.